UCAPAN PARA SALAF DAN PERINGATAN MEREKA TENTANG BAHAYA BID'AH

Setelah kita membaca kalam Allah dan sabda Nabi-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam, maka para salafpun banyak memberikan peringatan tentang bahaya bid'ah ini.

Berkata Asy-Syaikh Abdul Qayyum bin Naashir Asy-Syaibani :

فإن من أعظم ما ابتليت به الأمة الإسلامية اليوم، تلك البدع التي انتشرت في طول العالم الإسلامي وعرضه، فقل أن يخلو منها مكان، أو يسلم منها إنسان.

وأمر البدع عظيم، وخطرها جسيم، فهي بريد الكفر، وصاحبها منازع لله في الحكم، وحري به أن لا يوفق للتوبة.

[اللمع في الرد على محسني البدع : ٤-٥]

"Sesungguhnya diantara ujian terbesar yang menimpa umat Islam hari ini adalah  permasalahan Bid'ah yang telah menyebar keseluruh negara Islam, dan sangat sedikit kita jumpai suatu tempat yang terlepas dari permasalahan bid'ah atau sangat jarang manusia selamat darinya.

Perkara bid'ah merupakan perkara yang besar dan bahayanya-pun sangat besar, dan dia merupakan "pos"nya kekafiran." [Al-Luma'u Fii Raddi 'Ala Muhassinil Bid'iy, hal.4-5]

Lalu Asy-Syaikh membawakan ucapan para salaf :

1. Perkataan Umar radhiyallahu 'anhu

عن عبدالله بن عكيم أن عمر -رضي الله عنه- كان يقول : ((إن أصدق القول قول الله، وإن أحسن الهدى هدى محمد صلى الله عليه
((وسلم، وإن شر الأمور محدثاتها، ألا وإن كل محدثة بدعة، وكل بدعة ضلالة، وكل ضلالة في النار

[اللمع في الرد على محسني البدع :١٣]

Dari Abdullah bin Ukaim sesungguhnya Umar radhiyallahu 'anhu berkata :

((Sesungguhnya sebenar-benar perkataan adalah perkataan Allah, dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, dan seburuk-buruk perkara adalah yang diada-adakan, ketahuilah setiap yang diada-adakan adalah bid'ah dan setiap bid'ah adalah sesat dan setiap kesesatan ada di neraka)). [Al-Luma'u Fii Raddi 'Ala Muhassinil Bid'iy, hal.13-14]

2. Perkataan Abdullah bin Mas'ud

 :قال عبد الله بن مسعود -رضي الله عنه
((اتبعوا ولا تبتدعوا، فقد كفيتم، وكل بدعة ضلالة))

[اللمع في الرد على محسني البدع :١٣-١٤]

Berkata Abdullah bin Mas'ud -radhiyallahu 'anhu- :

((Ikutilah jangan kalian mengada-ada, karena kalian telah dicukupi, dan seluruh bid'ah itu sesat)) [Al-Luma'u Fii Raddi 'Ala Muhassinil Bid'iy, hal.13-14]

3. Perkataan Abdullah bin Umar

:قال عبد الله بن عمر -رضي الله عنهما

((كل بدعة ضلالة، وإن رآها الناس حسنة))

[اللمع في الرد على محسني البدع :١٣-١٤]

Berkata Abdullah bin Umar -radhiyallahu 'anhuma :

((Setiap bid'ah itu sesat, walaupun manusia memandangnya baik)). [Al-Luma'u Fii Raddi 'Ala Muhassinil Bid'iy, hal.13-14]

4. Perkataan Ibnu Abbas

((قال عبد الله بن عباس رضي الله عنهما : ((إن أبغض الأمور إلى الله البدع
[اللمع في الرد على محسني البدع : ٥]

Berkata Abdullah bin Abbas radhiyallahu 'anhuma :

((Sesungguhnya diantara perkara-perkara yang paling di benci disisi Allah adalah Bid'ah)) [Al-Luma'u Fii Raddi 'Ala Muhassinil Bid'iy, hal.5]

5. Perkataan Ibnu Mas'ud

قال ابن مسعود رضي الله عنه: الاقتصاد في السنة خيرٌ من الاجتهاد في البدعة

Berkata Ibnu Mas'ud radhiyallahu 'anhu :

Sederhana dalam melaksanakan sunnah lebih baik daripada bersungguh-sungguh dalam melakukan kebid'ahan.

وفي بعض الآثار: ما أحدث قومٌ بدعة إلا أضاعوا مثلها من السُّنة

Dalam sebagian atsar (dikatakan) :  Tidaklah suatu kaum mengada-adakan kebid'ahan kecuali mereka telah menghilangkan sunnah yang semisal dengan bid'ah tersebut. 
[https://www.alukah.net/sharia/0/113657/]

6. Perkataan Imam Malik bin Anas

من ابتدع في الإسلام بدعة يراها حسنة، فقد زعم أن محمدا صلى الله عليه وسلم خان الرسالة، لأن الله تعالى يقول : «ٱلْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِى وَرَضِيتُ لَكُمُ ٱلْإِسْلَـٰمَ دِينًۭا», فما لم يكن يومئذ دينا، فلا يكون اليوم دينا.

[اللمع في الرد على محسني البدع : ٨-٩]

"Barangsiapa yang membuat suatu kebid'ahan didalam Islam yang dia melihatnya sebagai suatu kebaikan, maka sungguh dia telah menuduh Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam telah berkhianat terhadap risalah, karena Allah Ta'ala telah berfirman :

«Artinya : "Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang», maka apa saja yang bukan agama pada hari itu, tidak akan menjadi agama pada hari ini". [Al-Luma'u Fii Raddi 'Ala Muhassinil Bid'iy, hal.8-9]

7. Perkataan Imam Sufyan Ats-Tsauri

وقال سفيان الثوري : ((البدعة أحب إلى إبليس من المعصية، المعصية يتاب منها، والبدعة لا يتاب منها))
[اللمع في الرد على محسني البدع : ٤-٥]

Berkata Sufyan Ats-Stauri :

((Bid'ah itu lebih dicintai oleh Iblis daripada kemaksiatan, karena pelaku maksiat masih ingin bertaubat dari kemaksiatannya, sedangkan pelaku Bid'ah tidak ada keinginan bertaubat dari kebid'ahannya".)) [Al-Luma'u Fii Raddi 'Ala Muhassinil Bid'iy, hal.5]

8. Perkataan Muhammad bin Abdirrahman Al-Adamiy

قال محمد بن عبد الرحمان الأدمي لرجل تكلم بدعة ودعا الناس إليها : هل علمها رسول الله صلى الله عليه وسلم وأبو بكر وعمر وعثمان وعلي، أو لم يعلموا؟ قال : لم يعلموها. قال فشيء لم يعلمه هؤلاء أعلمته انت؟!! قال الرجل : فإني أقول : قد علموها. قال : أفواههم ألا يتكلموا به، ولا يدعوا الناس إليه أم لم يسعهم؟ قال : بلى وسعهم. قال : فشيء وسع رسول الله صلى الله عليه وسلم وخلفاءه لا يسعك أنت؟!! فانقطع الرجل. فقال الخليفة -وكان حاضرا- لا وسع الله على من لم يسعه ما وسعهم.

 [شرح لمعة الإعتقاد الهادي الى سبيل الرشاد، ٢٣]

Berkata Muhammad bin Abdirrahman Al-Adamiy kepada seorang laki-laki yang berkata dengan perkataan bid'ah dan mengajak manusia kepadanya : Apakah hal tersebut telah diketahui oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali atau mereka tidak mengetahuinya? Dia (Laki-laki) itu berkata : mereka tidak mengetahuinya. Berkata Al-Adamiy : Apakah sesuatu yang mereka (Nabi dan para khalifah) tidak mengetahuinya lalu kamu lebih mengetahui tentang permasalahan tersebut?!! Berkata laki laki tersebut (meralat ucapannya) : Maka sesungguhnya aku katakan : Sungguh mereka telah mengetahuinya. Berkata Al-Adamiy : Apakah tidak berbicara dengan perkara tersebut dan tidak mendakwahkan manusia kepadanya telah mencukupi mereka (Nabi dan para khalifah) atau apakah tidak mencukupi mereka? Berkata dia (laki-laki tersebut) : Bahkan telah mencukupi mereka. Berkata dia (Al-Adamiy) : Maka apakah sesuatu yang telah mencukupi Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan para khalifahnya justru tidak mencukupimu?!! Maka terdiamlah laki-laki tersebut. Maka khalifah -yang hadir- pun berkata :

"Semoga Allah tidak mencukupi orang yang tidak merasa cukup dengan apa-apa yang telah mencukupi mereka (Nabi dan para khalifahnya). [Syarh Lum'atil I'tiqaad Al-Haadi ila Sabiilir Rosyad, hal.23]

Kisah Al-Adamiy diatas terkait fitnah dan bid'ah yang cukup besar dalam perkara aqidah yaitu  fitnah dan bid'ah yang mengatakan bahwa Al-Qur'an adalah makhluk bukan kalaamullah. Hingga perdebatan tersebut dimenangkan oleh Al-Adamiy.

Masih banyak ucapan-ucapan pengingkaran dan peringatan para salaf tentang bahaya bid'ah, dan kita cukupkan dengan ucapan-ucapan diatas.

Karena itu, semestinya kita betul-betul menjauhi setiap perkara bid'ah apapun bentuknya, karena perkara bid'ah ini merupakan perkara yang sangat merusak agama, dan pelaku bid'ah baik sadar atau tidak sadar hakikatnya mereka telah menuduh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menyembunyikan dan berkhianat terhadap risalah yang Allah amanatkan untuk di sampaikan.

Sederhana dalam melaksanakan sunnah lebih baik daripada bersungguh-sungguh dalam melakukan kebid'ahan.

Semoga bermanfaat.



Related Posts:

BAHAYA BID'AH

Bismillah, alhamdulillahi Rabbil 'aalamiin. Wa shallallahu 'ala Nabiyyina Muhammadin wa 'ala aalihi wa shahbihi aja'iin. Wa ba'du. 

Kaum muslimin yang berbahagia, berbicara tentang permasalahan bid'ah terkadang akan membuat sebagian orang merasa alergi, antipati dan bahkan sangat sensitif. Sebenarnya tidak perlu alergi, karena berbicara tentang masalah bid'ah dan membedahnya merupakan perkara agama yang diperintahkan, karena hal itu akan mengembalikan kemurnian Islam dari noda-noda yang telah mengotorinya. 

Bid'ah merupakan perkara yang diada-adakan di dalam Islam dan merupakan bencana yang menimpa umat ini, dia adalah noda-noda racun yang telah disusupkan ke dalam agama ini oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Karena itu Nabi shallallahu 'alaihi wasallam banyak memperingatkan kita tentang hal ini dalam hadits-haditsnya, demikian juga dalam atsar-atsar salaf agar kita tahu bagaimana bahayanya bid'ah sebagaimana akan datang penjelasannya biidznillah dan mewaspadainya. 

Pengertian Sunnah dan Bid'ah

1. Penertian Sunnah

Berkata Asy-Syaikh Muhammad bin Sholeh Al-'Utsaimin rahimahullah :

السنة لغة : الطريقة

واصتلاحا : ما كان عليه النبي صلى الله عليه وسلم وأصحابه من عقيدة وعمل. واتباع السنة واجب ؛ لقوله تعالى : ((لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِى رَسُولِ ٱللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌۭ لِّمَن كَانَ يَرْجُوا۟ ٱللَّهَ وَٱلْيَوْمَ ٱلْـَٔاخِرَ)) [الأحزاب : ٢١

((وقوله صلى الله عليه وسلم : ((عليكم بسنتي وسنة الخلفاء الراشدين المهديين من بعدي، عضوا عليها بالنواجذ

Sunnah secara bahasa : yaitu jalan

Secara istilah : yaitu apa yang Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan para sahabatnya berada diatasnya, baik berupa aqidah maupun amalan. Dan mengikuti sunnah merupakan kewajiban ; berdasarkan firman Allah Ta'ala : «Artinya : Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah» [Al-Ahzab : 21]

Dan sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam : ((Wajib bagi kalian untuk berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah para khalifah yang lurus lagi mendapat petunjuk setelah ku, gigitlah sunnah tersebut dengan gigi geraham kalian)). [Lihat Syarh Lum'atil I'tiqaad Al-Haadi Ila Sabiilir Rosyad, hal.20-21]

2. Pengertian Bid'ah

والبدعة لغة : الشيء المستحدث

واصطلاحا : ما أحدث في الدين على خلاف ما كان عليه النبي صلى الله عليه وسلم وأصحابه من عقيدة وعمل.

وهي حرام ؛ لقوله تعالى : ((وَمَن يُشَاقِقِ ٱلرَّسُولَ مِنۢ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ ٱلْهُدَىٰ وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ ٱلْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِۦ مَا تَوَلَّىٰ وَنُصْلِهِۦ جَهَنَّمَ ۖ وَسَآءَتْ مَصِيرًا)). [النساء : ١١٥

Bid'ah secara bahasa : yaitu sesuatu yang dibuat-buat.

Secara istilah : yaitu apa yang diada-adakan di dalam agama yang menyelisihi apa yang Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan para sahabatnya berada diatasnya baik berupa aqidah atau amalan.

Dan bid'ah itu hukumnya haram ; berdasarkan firman Allah Ta'ala : «Artinya : Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali» [An-Nisaa' : 115]

Dan sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam : ((Hati-hati kalian dari perkara yang diada-adakan, karena setiap perkara yang diada-adakan itu bid'ah, dan setiap bid'ah itu sesat)). [Lihat Syarh Lum'atil I'tiqaad Al-Haadi Ila Sabiilir Rosyad, hal.20-21]

Peringatan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam Tentang bahaya Bid'ah

Dalam hadits riwayat Imam Bukhari dan Muslim disebutkan :

عن أم المؤمنين أم عبد الله عائشة -رضي الله عنها- قالت : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : ((من أحدث في أمرنا هذا ما ليس منه فهو رد)) رواه البخاري ومسلم، وفي رواية لمسلم ((من عمل عملا ليس عليه أمرنا فهو رد

"Dari Ummul Mu'miniin Ummu Abdillah Aisyah -radhiyallahu 'anha- berkata : Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: ((Barangsiapa yang mengada-adakan (sesuatu yang baru) dalam urusan (agama) kami ini yang bukan daripadanya, maka amalan tersebut tertolak))  Hadits riwayat Al-Bukhari dan Muslim, dan dalam hadits riwayat Muslim ((Barangsiapa yang mengerjakan suatu amalan yang tidak kami perintahkan, maka amalan tersebut tertolak)).

Berkata Asy-Syaikh Muhammad bin Sholeh Al-'Utsaimin rahimahullah :

وقوله ((من أحدث)) أي أوجد شيئا لم يكن

Sabda Nabi ((Barangsiapa yang mengada-adakan)) yaitu membuat sesuatu yang belum ada.

في أمرنا)) أي في ديننا شريعتنا))

((Dalam urusan kami)) yaitu dalam urusan agama kami dan syariat kami.

ما ليس منه)) أي ما لم يشرعه الله ورسوله))

((Apa apa yang bukan daripadanya)) yaitu apa-apa yang tidak disyariatkan hal tersebut oleh Allah dan Rasul-Nya.

فهو رد)) فإنه مردود عليه حتى وإن صدر عن إخلاص، وذلك لقول الله تعالى : «وَمَآ أُمِرُوٓا۟ إِلَّا لِيَعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ حُنَفَآءَ» [البينة : ٥] وقوله تعالى : «وَمَن يَبْتَغِ غَيْرَ ٱلْإِسْلَـٰمِ دِينًۭا فَلَن يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِى ٱلْـَٔاخِرَةِ مِنَ ٱلْخَـٰسِرِينَ» [آل عمران : ٨٥

((Maka amalan tersebut tertolak)) sesungguhnya amalan tersebut tidak diterima sampai amalan tersebut didahului dengan keikhlasan, hal tersebut berdasarkan firman Allah Ta'ala : «Artinya : Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus» [Al-Bayyinah : 5], dan firman Allah Ta'ala : «Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu)daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi». [Ali Imran : 85]

وفي رواية لمسلم : ((من عمل عملا ليس عليه أمرنا فهو رد)) هذه الرواية أعم من رواية ((من أحدث)) ومعنى هذه الرواية : أن من عمل أي عمل سواء كان عبادة، أو كان معاملة، أو غير ذلك ليس عليه أمر الله ورسوله فإنه مردود عليه.

Dalam riwayat Muslim : ((Barangsiapa yang mengerjakan suatu amalan yang tidak ada padanya perintah kami, maka amalan tersebut tertolak)) riwayat ini lebih umum dari riwayat ((Barangsiapa yang mengada-adakan (sesuatu yang baru))) dan makna riwayat ini : bahwasanya diantara suatu amalan sama saja baik amalan itu berupa ibadah, muamalah atau yang selain dari itu yang tidak ada padanya perintah Allah dan Rasul-Nya maka amalan tersebut tertolak.

وهذا الحديث أصل من أصول الإسلام، دل عليه قوله تعالى : «وَأَنَّ هَـٰذَا صِرَٰطِى مُسْتَقِيمًۭا فَٱتَّبِعُوهُ ۖ وَلَا تَتَّبِعُوا۟ ٱلسُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَن سَبِيلِهِ» [الأنعام :  ١٥٣] وكذلك الآيات التي سقناها دالة على هذا الأصل العظيم.

Hadits ini merupakan pokok dari pokok-pokok Islam, yang menunjukkan pada hal ini yaitu firman Allah Ta'ala : ((Artinya : Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalan-Nya)) [Al-An'am : 153] dan demikian juga ayat-ayat yang telah kami paparkan ia, yang menunjukkan atas pondasi yang agung ini.

وقد اتفق العلماء -رحمهم الله- أن العبادة لا تصح إلا جمعت أمرين : أولهما : الإخلاص

والثاني : المتابعة للرسول صلى الله عليه وسلم، والمتابعة أخذت من هذا الحديث ومن الآية التي سقناها.

Sungguh para ulama -rahimahumullah- telah bersepakat bahwa ibadah itu tidak sah kecuali dengan terkumpulnya dua perkara : yang pertama : Ikhlas

Yang kedua : mengikuti contoh Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam, dan mengikuti contoh (Rasul) itu diambil dari hadits ini dan dari ayat yang kami paparkan (diatas)." [Lihat Syarh Al-Arba'iin An-Nawawiyyah, lis-Syaikhil-'Utsaimin, hal.97-98].

Dari penjelasan para ulama, amal itu akan diterima dengan dua syarat, pertama ikhlas, kedua sesuai dengan contoh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Berarti orang yang berbuat bid'ah, dia telah menjerumuskan dirinya dalam jurang kebinasaan, karena amalannya tidak akan diterima meskipun niatnya baik.

Berkata Doktor Banar bin Nafi' dalam syarh Arba'iin Nawawiyyah :

قال ابن رجب :((هذا الحديث أصل عظيم من أصول الإسلام، وهو كالميزان للأعمال في ظاهرها، كما أن حديث ((الأعمال بالنيات )) ميزان للأعمال في باطها، فكما أن كل عمل لا يراد به وجه الله تعالى، فليس لعامله فيه ثواب، فكذلك كل عمل لا يكون عليه أمر الله ورسوله، فهو مردود على عامله)).

فيه دليل على أن من شرط قبول العمل أن يكون المرء متبعا فيه رسول الله صلى الله عليح وسلم، فالعمل لا يقبل إلا بشرطين : أحدهما : ألإخلاص لله، والثاني : المتابعة لرسول الله صلى الله علِه وسلم، وقد دل على هذين الشرطين قُله تعالى : «وَمَنْ أَحْسَنُ دِينًۭا مِّمَّنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُۥ لِلَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌۭ» أسلم أي : أخلص، وهو محسن، أي وهو متبع لرسول الله صلى الله عليه وسلم. 

وقال تعالى : «ٱلَّذِى خَلَقَ ٱلْمَوْتَ وَٱلْحَيَوٰةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًۭا»

وقال الفضيل بن عياض رحمه الله : ((أي أخلص وأصوبه، وذلك لأن العمل إذا كان خالصا ولم يكن صوابا لم يقبل، وإذا كان صوابا ولم يكن خالصا لم يقبل حتى يكون خالصا صوابا...)) اهـ.

وقال شيخنا ابن عثيمين قدس الله روحه : ((إن العمل لا يكون ضوابا حتى يكون موافقا للشريعة في أمور ستة : زمنها، ومكانها، وجنسها، ونوعها، وعددها، وكيفيتها)).

"Berkata Ibnu Rojab : ((Hadits ini merupakan pondasi yang agung dari pondasi-pondasi Islam, ia bagaikan timbangan bagi amalan-amalan dzhohir, sebagaimana hadits ((Amal-amal itu tergantung niatnya)) merupakan timbangan bagi amal-amal bathin. Maka setiap amalan yang tidak diharapkan dengannya wajah Allah (tidak ikhlas), maka pelakunya tidak mendapatkan pahala, demikian juga setiap amalan yang tidak ada padanya perintah Allah dan Rasul-Nya, maka amalan itu tertolak atas pelakunya))

Pada hadits ini ada dalil bahwa diantara syarat terkabulnya amalan, seseorang harus mengikuti Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dalam amalannya, maka suatu amalan tidak akan di terima kecuali dengan dua syarat: Pertama : Ikhlas karena Allah, Kedua : mengikuti contoh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salam. Dan sungguh firman-Nya Ta'ala telah menetapkan dua syarat ini : «Artinya : "Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang dengan ikhlas berserah diri kepada Allah sedang dia mengerjakan kebaikan» اَسْلَمُ yaitu yang paling ikhlas, و هُوَ مُحْسِنٌ yaitu dia mengikuti Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.

Allah Ta'ala berfirman : «Artinya : Dia-lah yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu siapa di antara kamu yang paling baik amalnya»

Berkata al-Fudhail bin 'Iyadh rahimahullah : ((Yaitu yang paling ikhlas dan yang paling benar, dan karena itu suatu amal apabila ikhlas tetapi tidak benar maka tidak akan di terima, apabila amal itu benar dan tidak ikhlas maka tidak pula di terima sampai amalan itu ikhlas dan benar..)). Dan seterusnya.

Syaikh kami Ibnu Utsaimin semoga Allah mensucikan ruhnya berkata : ((sesungguhnya suatu amalan tidak akan menjadi baik sampai dia sesuai dengan syariat pada enam perkara : (1) waktunya, (2) tempatnya, (3) jenisnya, (4) macamnya, (5) bilangannya, (6) tata caranya." [Ad-Durar As-Saniyah bi fawaid al-Arbaiin an-Nawawiyyah, Dr.Bandar bin Nafi' al-Abdali, (hal.31)]

Dari pemaparan ini, Allah telah menetapkan kedua syarat diterimanya amalan pada firmannya diatas, karena segala jenis ibadah dia tidak akan dikatakan benar kecuali setelah terpenuhinya dua syarat, pertama: ikhlas, kedua: mengikuti contoh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. 

Contoh ibadah yang terkait waktu yaitu sholat. Jika belum masuk waktunya, maka sholatnya tidak sah, dan orang yang sengaja melakukannya dia telah berbuat bid'ah.

Contoh kedua ibadah yang terkait tempat yaitu haji. Jika seseorang secara sengaja melaksanakan ibadah haji di Indonesia, hajinya tidak sah dan dia telah berbuat bid'ah, karena haji yang benar tempatnya di Makkah al-Mukarramah. Demikian seterusnya.

Berkata Asy-Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu :

:شروط قبول العمل عند الله ثلاثة

:١. الإمان بالله وتوحيده. قال الله تعالى : «إِنَّ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّـٰلِحَـٰتِ كَانَتْ لَهُمْ جَنَّـٰتُ ٱلْفِرْدَوْسِ نُزُلًا» (سورة الكهف 
(١٠٧

(وقال صلى الله عليه وسلم : ((قل آمنت بالله، ثم التقم)) (رواه مسلم

(٢. الإخلاص : وهو العمل لله من غير رياء ولا سمعة. قال الله تعالى : «فَاعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ» (سورة الزمر

٣. الموافقة لما جاء به الرسول صلى الله عليه وسلم قال الله تعالى : «وَمَآ ءَاتَىٰكُمُ ٱلرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَىٰكُمْ عَنْهُ فَٱنتَهُوا۟ ۚ وَٱتَّقُوا۟ 
(ٱللَّهَ ۖ إِنَّ ٱللَّهَ شَدِيدُ ٱلْعِقَابِ» (سورة الحشر : ٧

(وقال صلى الله عليه وسلم : ((من عمل عملا ليس عليه أمرنا فهو رد)) أى مردود. (رواه مسلم
[خذ عقيدتك من الكتاب والسنة الصحيحة، ص : ١٠]

Syarat diterimanya amalan ada 3 :

1. Beriman kepada Allah dan mentauhidkan-Nya. Allah Ta'ala berfirman : «Artinya : Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka adalah surga Firdaus menjadi tempat tinggal» (QS. Al-Kahfi : 107)

Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : ((Katakanlah aku beriman kepada Allah kemudian istiqomahlah)). (HR. Muslim)

2. Mengikhlaskan niat untuk Allah tanpa riya dan tanpa sum'ah. Allah Ta'ala berfirman : «Artinya : Sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya» (QS. Az-Zumar)

3. Bersesuaian dengan apa yang datang dengannya Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam. Allah Ta'ala berfirman : «Artinya : Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya» (QS. Al-Hasyr : 7)

Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : ((Barangsiapa yang mengerjakan suatu amalan yang tidak kami perintahkan, maka amalan tersebut tertolak)) (HR. Muslim) [Lihat kitab, Khudz 'Aqiidatak Minal Kitaab was Sunnah as-Shahiihah, hal. 10].


Semua Bid'ah Sesat dan Tidak Ada Bid'ah Hasanah

Dalam hadits riwayat Imam Muslim juga hadits Imam Ahmad serta yang lainnya, telah datang beberapa hadits yang menjelaskan bahwa semua bid'ah itu sesat.

عن جابر بن عبد الله رضي الله عنهما أن رسول الله صلى الله عليه وسلم كان يقول في خطبته : ((أما بعد، فإن خير الحديث كتاب
((الله، وخير الهدى هدى محمد، وشر الأمور محدثاتها، وكل بدعة ضلالة

عن العرباض بن سارية رضي الله عنه قال : وعظنا رسول الله صلى الله عليه وسلم موعظة وجلت منها القلوب، وذرفت منها العيون، فقلنا : يا رسول الله، كأنها موعظة مودع فأوصنا. فقال : ((أوصيكم بتقوى الله عز وجل، والسمع والطاعة، وإن تأمر عليكم عبد، فإنه من يعش منكم فسيرى اختلافا كثيرا، فعليكم بسنتي وسنة الخلفاء الراشدين المهديين من بعدي، عضوا عليها
((بالنواجذ، وإياكم ومحدثات الأمور، فإن كل بدعة ضلالة

"Dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu 'anhuma bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengatakan dalam khutbahnya : ((Adapun setelah itu, maka sesungguhnya sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad dan seburuk-buruk perkara adalah yang diada-adakan, dan semua bid'ah itu sesat))

Dari Irbath bin Sariyyah radhiyallahu 'anhu berkata : Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam memberi nasihat kepada kami yang membuat hati kami bergetar dan berlinang air mata (karena terharu) : "Wahai Rasulullah, seolah-olah ini nasihat perpisahan, maka berilah kami wasiat. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : ((Aku wasiatkan kepada kalian untuk bertakwa kepada Allah 'Azza wa Jalla, dan senantiasa mendengar dan taat walaupun yang memimpin kalian adalah seorang budak. Karena itu barangsiapa yang hidup (berumur panjang) setelahku maka dia akan melihat perselisihan yang banyak, maka wajib kalian berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah Khulafaaur raasyidiin yang diberi petunjuk sesudahku, gigitlah sunnah itu dengan gigi geraham kalian. Dan jauhilah oleh kalian perkara baru yang diada-adakan, karena semua bid'ah itu sesat))."[Lihat Al-Luma'u fii Raddi 'Ala Muhassinil Bid'iy, hal. 10. Cet. Maktabah Al-Khadiiri bil Madiinah]

Kalimat «كل بدعة ضلالة» maknanya umum, artinya semua jenis bid'ah. Sehingga dari lafadz «كل» tersebut, maka tidak ada peluang untuk mengatakan adanya bid'ah hasanah, karena semua bid'ah itu sesat sebagaimana ucapan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam diatas. 

Berkata para ulama salaf mengenai kalimat «كل بدعة ضلالة» atau «كل بدعة» :

قال ابن رجب : ((قوله صلى الله عليه وسلم : ((كل بدعة ضلالة)) من جوامع الكلم، لا يخرج عنه شيء، وهو أصل عظيم من
((أصول الدين

قال ابن حجر : ((قوله ((كل بدعة ضلالة))، قاعدة شرعية كلية بمنطوقها ومفهومها. أما بمنطوقها : فكأن يقال : حكم كذا بدعة، وكل بدعة ضلالة. فلا تكون من الشرع، لأن الشرع كله هدى، فإن ثبت أن الحكم المذكور بدعة، صحت المقدماتان، وإنتجتا
((المطلوب

(( ((قال محمد بن صالح العثيمين : ((إن قوله ((كل بدعة)) كلية عامة شاملة، مسورة بأقوى أدوات الشمول والعموم ((كل

فقال : ((فكل ما أدعي أنه بدعة حسنة، فالجواب عنه بهذا، وعلى هذا، فلا مدخل لأهل البدع في أن يجعلوا من يدعهم بدعة حسنة
((وفي يدنا هذا السيف الصارم من رسوله صلى الله عليه وسلم ((كل بدعة ضلالة

إن هذا السيف الصارم، إنما صنع في مصانع النبوة والرسالة، إنه لم يصنع في مصانع مضطربة، لكنه صنع في مصانع النبوة، وصاغه النبي صلى الله عليه وسلم هذه الصياغة البليغة، فلا يمكن لمن بيده مثل هذا السيف الصارم أن يقابله أحد ببدعة يقول
(إنها حسنة، ورسول الله صلى الله عليه وسلم يقول : (كل بدعة ضلالة

Berkata Ibnu Rojab : 
((Dan sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam : ((semua bid'ah itu sesat)) termasuk kata yang menyeluruh, tidak keluar darinya sesuatu apapun. Kata tersebut merupakan pokok/prinsip/dasar yang agung diantara dasar-dasar agama)).  

Berkata Ibnu Hajar : 
((Sabda Rasulullah : ((semua bid'ah itu sesat)),  merupakan qoidah syar'iyyah yang menyeluruh baik lafadz maupun maknanya. Adapun lafadznya : seolah-olah mengatakan : ini hukumnya bid'ah dan semua bid'ah itu sesat. Maka bid'ah tidak termasuk bagian dari syariat, karena semua syariat adalah petunjuk, apabila telah tetap bahwa hukum yang disebutkan itu adalah bid'ah, maka berlakulah semua bid'ah itu sesat baik secara lafadz maupun maknanya, dan inilah yang dimaksud)). 

Berkata Asy-Syaikh Muhammad bin Sholeh Al-'Utsaimin : 
((Sesungguhnya sabda Rasulullah ((setiap bid'ah) maknanya menyeluruh, umum, mencakup dan didukung dengan kata yang paling kuat dari alat-alat (yang bermakna) menyeluruh dan umum yaitu lafadz «كل».

Berkata juga Asy-Syaikh Muhammad bin Sholeh Al-'Utsaimin : Segala sesuatu yang didakwahkan sebagai bid'ah hasanah, jawabannya adalah dengan kata diatas, dengan hal ini tidak ada pintu masuk bagi ahli bid'ah untuk menjadikan bid'ah mereka sebagai bid'ah hasanah, dan ditangan kami ada pedang yang sangat tajam dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam yaitu (semua bid'ah itu sesat). Pedang yang sangat tajam ini dibuat diatas nubuwah dan risalah dan tidak dibuat diatas sesuatu yang goyah, akan tetapi dibuat diatas nubuwah, dan bentuk kalimat yang digunakan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam ini sangat jelas, maka tidak mungkin bagi seseorang menandingi pedang yang tajam ini dengan mengatakan adanya bid'ah hasanah sementara Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : ((semua bid'ah itu sesat)). [Lihat Al-Luma'u fii Raddi 'Ala Muhassinil Bid'iy, hal. 11-12. Cet. Maktabah Al-Khadiiri bil Madiinah]

Orang yang mengatakan adanya bid'ah hasanah, sama saja ia mengingkari ucapan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bahwa semua bid'ah itu sesat, seolah menuduh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bodoh dalam meletakkan tata bahasa, padahal apa yang keluar dari lisan shallallahu 'alaihi wa sallam merupakan wahyu yang diwahyukan oleh Allah Subhaanahu wa Ta'ala.

Ucapan Salaf dan Peringatan Mereka Tentang Bahaya Bid'ah

Setelah kita membaca kalam Allah dan sabda Nabi-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam, maka para salafpun banyak memberikan peringatan tentang bahaya bid'ah ini. Berkata Asy-Syaikh Abdul Qayyum bin Naashir Asy-Syaibani :

فإن من أعظم ما ابتليت به الأمة الإسلامية اليوم، تلك البدع التي انتشرت في طول العالم الإسلامي وعرضه، فقل أن يخلو منها مكان، أو يسلم منها إنسان.

وأمر البدع عظيم، وخطرها جسيم، فهي بريد الكفر، وصاحبها منازع لله في الحكم، وحري به أن لا يوفق للتوبة.

"Sesungguhnya diantara ujian terbesar yang menimpa umat Islam hari ini adalah  permasalahan Bid'ah yang telah menyebar keseluruh negara Islam, dan sangat sedikit kita jumpai suatu tempat yang terlepas dari permasalahan bid'ah atau sangat jarang manusia selamat darinya.

Perkara bid'ah merupakan perkara yang besar dan bahayanya-pun sangat besar, dan dia merupakan "pos"nya kekafiran." [Lihat Al-Luma'u Fii Raddi 'Ala Muhassinil Bid'iy, hal.13-14. Cet. Maktabah Al-Khadiiri bil Madiinah]

Lalu Asy-Syaikh membawakan ucapan para salaf :

1. Perkataan Umar radhiyallahu 'anhu

 ((إن أصدق القول قول الله، وإن أحسن الهدى هدى محمد صلى الله عليه
((وسلم، وإن شر الأمور محدثاتها، ألا وإن كل محدثة بدعة، وكل بدعة ضلالة، وكل ضلالة في النار

((Sesungguhnya sebenar-benar perkataan adalah perkataan Allah, dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, dan seburuk-buruk perkara adalah yang diada-adakan, ketahuilah setiap yang diada-adakan adalah bid'ah dan setiap bid'ah adalah sesat dan setiap kesesatan ada di neraka)). [Lihat Al-Luma'u Fii Raddi 'Ala Muhassinil Bid'iy, hal.13-14. Cet. Maktabah Al-Khadiiri bil Madiinah]

2. Perkataan Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu

((اتبعوا ولا تبتدعوا، فقد كفيتم، وكل بدعة ضلالة))

((Ikutilah jangan kalian mengada-ada, karena kalian telah dicukupi, dan seluruh bid'ah itu sesat)). [Lihat Al-Luma'u Fii Raddi 'Ala Muhassinil Bid'iy, hal.13-14. Cet. Maktabah Al-Khadiiri bil Madiinah]

3. Perkataan Abdullah bin Umar radhiyallahu 'anhuma

((كل بدعة ضلالة، وإن رآها الناس حسنة))

((Setiap bid'ah itu sesat, walaupun manusia memandangnya baik)). [Lihat Al-Luma'u Fii Raddi 'Ala Muhassinil Bid'iy, hal.13-14. Cet. Maktabah Al-Khadiiri bil Madiinah]

4. Perkataan Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma

((إن أبغض الأمور إلى الله البدع))

((Sesungguhnya diantara perkara-perkara yang paling di benci disisi Allah adalah Bid'ah)). [Lihat Al-Luma'u Fii Raddi 'Ala Muhassinil Bid'iy, hal.5. Cet. Maktabah Al-Khadiiri bil Madiinah] 

5. Perkataan Ibnu Mas'ud radhiyallahu 'anhu

الاقتصاد في السنة خيرٌ من الاجتهاد في البدعة

وفي بعض الآثار: ما أحدث قومٌ بدعة إلا أضاعوا مثلها من السُّنة

Sederhana dalam melaksanakan sunnah lebih baik daripada bersungguh-sungguh dalam melakukan kebid'ahan.

Dalam sebagian atsar (dikatakan) :  Tidaklah suatu kaum mengada-adakan kebid'ahan kecuali mereka telah menghilangkan sunnah yang semisal dengan bid'ah tersebut. 
[https://www.alukah.net/sharia/0/113657/]

6. Perkataan Imam Malik bin Anas rahimahullah

من ابتدع في الإسلام بدعة يراها حسنة، فقد زعم أن محمدا صلى الله عليه وسلم خان الرسالة، لأن الله تعالى يقول : «ٱلْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِى وَرَضِيتُ لَكُمُ ٱلْإِسْلَـٰمَ دِينًۭا», فما لم يكن يومئذ دينا، فلا يكون اليوم دينا.

"Barangsiapa yang membuat suatu kebid'ahan didalam Islam yang dia melihatnya sebagai suatu kebaikan, maka sungguh dia telah menuduh Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam telah berkhianat terhadap risalah, karena Allah Ta'ala telah berfirman :

«Artinya : "Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang», maka apa saja yang bukan agama pada hari itu, tidak akan menjadi agama pada hari ini". [Lihat Al-Luma'u Fii Raddi 'Ala Muhassinil Bid'iy, hal.8-9. Cet. Maktabah Al-Khadiiri bil Madiinah] 

7. Perkataan Imam Sufyan Ats-Tsauri rahimahullah

((البدعة أحب إلى إبليس من المعصية، المعصية يتاب منها، والبدعة لا يتاب منها))

((Bid'ah itu lebih dicintai oleh Iblis daripada kemaksiatan, karena pelaku maksiat masih ingin bertaubat dari kemaksiatannya, sedangkan pelaku Bid'ah tidak ada keinginan bertaubat dari kebid'ahannya".)) [Lihat Al-Luma'u Fii Raddi 'Ala Muhassinil Bid'iy, hal.5. Cet. Maktabah Al-Khadiiri bil Madiinah] 

8. Perkataan Muhammad bin Abdirrahman Al-Adamiy rahimahullah

قال محمد بن عبد الرحمان الأدمي لرجل تكلم بدعة ودعا الناس إليها : هل علمها رسول الله صلى الله عليه وسلم وأبو بكر وعمر وعثمان وعلي، أو لم يعلموا؟ قال : لم يعلموها. قال فشيء لم يعلمه هؤلاء أعلمته انت؟!! قال الرجل : فإني أقول : قد علموها. قال : أفواههم ألا يتكلموا به، ولا يدعوا الناس إليه أم لم يسعهم؟ قال : بلى وسعهم. قال : فشيء وسع رسول الله صلى الله عليه وسلم وخلفاءه لا يسعك أنت؟!! فانقطع الرجل. فقال الخليفة -وكان حاضرا- لا وسع الله على من لم يسعه ما وسعهم.

"Berkata Muhammad bin Abdirrahman Al-Adamiy kepada seorang laki-laki yang berkata dengan perkataan bid'ah dan mengajak manusia kepadanya : Apakah hal tersebut telah diketahui oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali atau mereka tidak mengetahuinya? Dia (Laki-laki) itu berkata : mereka tidak mengetahuinya. Berkata Al-Adamiy : Apakah sesuatu yang mereka (Nabi dan para khalifah) tidak mengetahuinya lalu kamu lebih mengetahui tentang permasalahan tersebut?!! Berkata laki laki tersebut (meralat ucapannya) : Maka sesungguhnya aku katakan : Sungguh mereka telah mengetahuinya. Berkata Al-Adamiy : Apakah tidak berbicara dengan perkara tersebut dan tidak mendakwahkan manusia kepadanya telah mencukupi mereka (Nabi dan para khalifah) atau apakah tidak mencukupi mereka? Berkata dia (laki-laki tersebut) : Bahkan telah mencukupi mereka. Berkata dia (Al-Adamiy) : Maka apakah sesuatu yang telah mencukupi Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan para khalifahnya justru tidak mencukupimu?!! Maka terdiamlah laki-laki tersebut. Maka khalifah -yang hadir- pun berkata : "Semoga Allah tidak mencukupi orang yang tidak merasa cukup dengan apa-apa yang telah mencukupi mereka (Nabi dan para khalifahnya). [Lihat Syarh Lum'atil I'tiqaad Al-Haadi ila Sabiilir Rosyad, hal.23]

Kisah Al-Adamiy diatas terkait dengan fitnah dan bid'ah yang cukup besar dalam perkara aqidah yaitu fitnah dan bid'ah yang mengatakan bahwa Al-Qur'an adalah makhluk bukan kalaamullah. Hingga perdebatan tersebut dimenangkan oleh Al-Adamiy.

Bahaya Bid'ah Bagi Islam dan Pelaku Bid'ah

1. Dari pemaparan diatas, dapat kita ketahui bahwa bid'ah adalah perbuatan yang buruk dan berbahaya bagi agama Islam dan juga bagi pelakunya. Bahaya bagi agama Islam diantaranya, (1) orang yang berbuat bid'ah dia telah merusak kemurnian agama Islam dan menggantinya dengan sesuatu yang rendah lagi hina. (2) Orang yang berbuat bid'ah, mereka telah menuduh Nabi shallalahu 'alaihi wa sallam telah berkhianat terhadap risalah, padahal semua syariat yang Allah wahyukan telah Nabi shallalahu 'alaihi wa sallam sampaikan kepada umatnya sebagaimana dalam khutbah Nabi di Haji Wada'. (3) Setiap bid'ah yang muncul, akan dianggap sebagai sunnah oleh orang-orang bodoh yang muncul setelahnya dan akan dilestarikan sebagaimana yang terjadi di zaman kita sekarang ini, (4) Para pelaku bid'ah, ketika dia melaksanakan satu bid'ahnya, hakikatnya mereka telah menghilangkan satu sunnah yang semisal dengan bid'ah tersebut, dll

2. Bahaya bid'ah bagi pelaku bid'ah diantaranya, (1) Pelaku bid'ah diancam tidak akan diterima amalannya, karena mereka telah melakukan amalan-amalan yang tidak dicontohkan, (2) Pelaku bid'ah dianggap sebagai orang-orang yang melakukan amalan-amalan sesat oleh Nabi shallalahu 'alaihi wa sallam, dan setiap kesesatan diancam dengan Neraka, (3) Pelaku bid'ah lebih dicintai oleh Iblis dari pelaku maksiat menurut Imam Sufyan Ats-Tsauriy, karena pelaku bid'ah dia merasa dirinya diatas kebenaran, diatas petunjuk, diatas hidayah, sedangkan yang menentangnya diatas kebathilan, diatas kesesatan bahkan diatas kebodohan sehingga mereka sulit menerima kebenaran karena merasa dirinya sudah diatas kebenaran, berbeda dengan pelaku maksiat, mereka menyadari perbuatannya adalah perbuatan maksiat, sehingga mereka akan mudah bertaubat dari dosa-dosanya atau minimal dia menyadari bahwa itu adalah perbuatan dosa, (4) Bid'ah termasuk diantara perkara yang paling dibenci disisi Allah menurut Ibnu Abbas, sehingga orang yang melakukan amalan yang dibenci, bisa jadi dia juga mendapat kebencian Allah, (5) Pelaku bid'ah termasuk pelaku maksiat, karena mereka telah lancang memodifikasi agama sesuai dengan seleranya, waliyaadzubillah.

FAEDAH YANG BISA DIAMBIL:

1. Adanya dua pengertian bid'ah, yaitu secara bahasa dan secara istilah.

2. Bid'ah secara bahasa tidak terkait dengan permasalahan agama. Sehingga segala sesuatu apapun yang baru dalam urusan dunia, maka itu juga disebut bid'ah tapi secara bahasa. Pesawat terbang, mobil, atau hand phone semua ini dikategorikan sebagai bid'ah secara bahasa dan itu tidak tercela, karena semakin seseorang kreatif dalam membuat-buat sesuatu yang baru dalam urusan dunia, maka itu semakin baik karena akan memberikan manfaat untuk manusia. Kebalikannya, semakin seseorang itu kreatif dalam urusan agama dan merubah-rubah agama Allah, maka semakin tercela lah perkara tersebut.

3. Bid'ah secara istilah atau secara syar'i yaitu apa saja yang diada-adakan di dalam agama Islam yang menyelisihi apa yang dahulu Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan para sahabatnya berada diatasnya baik berupa aqidah atau amalan. Maka apa saja perkara baru yang diada-adakan di dalam urusan agama Islam yang tidak ada contoh sebelumnya, maka ini disebut bid'ah secara istilah. Maka masuk dalam permasalahan ini yaitu perayaan maulid Nabi, Isro mi'raj, yasinan, tahlilan, dan masuk juga ialanya bid'ah-bid'ah dalam permasalahan aqidah dan manhaj, seperti menolak Allah diatas, terorisme karena hal-hal ini merupakan perkara baru dalam agama Islam.

4. Perkara bid'ah dalam agama hukumnya haram meskipun tujuannya baik, karena hal ini termasuk perbuatan setan.

5. Setiap amalan bid'ah yang dilakukan, maka amalan tersebut tidak akan diterima meskipun ikhlas.

6. Amalan akan diterima jika terpenuhi dua syarat : Ikhlas dan mengikuti contoh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam.

7. Makna firman Allah :

«وَمَنْ أَحْسَنُ دِينًۭا مِّمَّنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُۥ لِلَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌۭ»

«Artinya : "Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang dengan ikhlas berserah diri kepada Allah sedang dia mengerjakan kebaikan» اَسْلَمُ yaitu yang paling ikhlas, و هُوَ مُحْسِنٌ yaitu dia mengikuti Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam

8. Makna firman Allah :

«ٱلَّذِى خَلَقَ ٱلْمَوْتَ وَٱلْحَيَوٰةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًۭا»

«Artinya : Dia-lah yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu siapa di antara kamu yang paling baik amalnya» Berkata al-Fudhail bin 'Iyadh rahimahullah :

"Yaitu yang paling ikhlas dan yang paling benar, dan karena itulah sesungguhnya suatu amal apabila ikhlas tetapi tidak benar maka tidak akan di terima, apabila amal itu benar dan tidak ikhlas maka tidak pula di terima sampai amalan itu ikhlas dan benar."

9. Suatu amalan tidak akan menjadi baik sampai dia sesuai dengan syariat pada enam perkara :
(1) waktunya
(2) tempatnya
(3) jenisnya
(4) macamnya
(5) bilangannya
(6) tata caranya.

10. Adanya dua pengertian sunnah, secara bahasa dan secara istilah.

11. Sunnah secara istilah yaitu apa-apa yang Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan para sahabatnya dahulu berada diatasnya, baik berupa aqidah maupun amalan.

12. Pada diri Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam ada suri teladan yang baik bagi kaum muslimin.

13. Wajibnya berpegang teguh dengan sunnah Nabi shallallahu 'alaihi wa salam.

14. Wajibnya berpegang teguh dengan sunnah para khalifah (para sahabat).

15. Sunnah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan sunnah para khalifah (para sahabat), merupakan satu sunnah berdasarkan sabda Nabi :

عضوا عليها بالنواجذ

"Gigitlah sunnah tersebut (sunnah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan sunnah para khalifah) dengan gigi geraham kalian"

Dhomir ها pada kata عليها menunjukkan kata ganti tunggal, tapi justru kembali kepada dua sunnah yaitu sunnah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan sunnah para khalifahnya yang lurus dan terpimpin, seharusnya jika dua sunnah itu dianggap berbeda maka kalimatnya harusnya :

عضوا عليهما بالنواجذ

"Gigitlah dua sunnah tersebut dengan gigi geraham kalian".

Namun Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memilih ingin menunjukkan bahwa sunnah para sahabat merupakan sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam juga.

16. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam tidak berbicara dengan hawa nafsunya, namun semua itu merupakan wahyu dari  Allah 'Azza wa Jalla :

«وَمَا يَنطِقُ عَنِ ٱلْهَوَىٰٓ. إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْىٌۭ يُوحَىٰ»

Artinya : "Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya)". (QS.An-Najm : 3-4)

Sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tentang «كل بدعة ضلالة» merupakan qoidah syar'iyyah 

17. Sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tentang «كل بدعة ضلالة» merupakan pedang yang sangat tajam terhadap pelaku bid'ah

18. Sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam «كل بدعة ضلالة» membatalkan pendapat adanya bid'ah hasanah

19. Pendapat-pendapat salaf tentang makna lafadz «كل» pada hadits «كل بدعة ضلالة» maknanya umum, baik lafadz ataupun maknanya. Hal ini akan menutup celah bagi pelaku bid'ah mengatakan adanya bid'ah hasanah

20. Meyakini «كل بدعة ضلالة» termasuk prinsip-prinsip agama Islam yang kokoh

21. Tidak ada bid'ah hasanah didalam Islam 

22. Semua bid'ah adalah sesat meskipun manusia memandanya baik

23. Semua bid'ah sesat dan setiap kesesatan tempatnya di Neraka

24. Bid'ah merupakan perkara yang paling dibenci disisi Allah

25. Bid'ah merupakan posnya kekafiran

26. Sederhana dalam melaksanakan sunnah lebih baik daripada bersungguh-sungguh dalam melakukan kebid'ahan.

27. Barangsiapa yang membuat suatu kebid'ahan didalam Islam yang dia melihatnya sebagai suatu kebaikan, maka sungguh dia telah menuduh Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam telah berkhianat terhadap risalah 

28. Bid'ah itu lebih dicintai oleh Iblis daripada kemaksiatan, karena pelaku maksiat masih ingin bertaubat dari kemaksiatannya, sedangkan pelaku bid'ah tidak ada keinginan bertaubat dari kebid'ahannya

29. Kewajiban kita untuk mengikuti sunnah

30. Kewajiban untuk menjauhi kebid'ahan

Semoga yang sedikit ini bermanfaat. Wallahu a'lam



Related Posts:

CINTA ITU DIBANGUN DIATAS PENGHINAAN DIRI DAN KETUNDUKAN














Fenomena cinta dan mencintai merupakan fitrah yang berjalan diantara hamba-hamba Allah sebagai anugerah dari-Nya. Karena itu jatuh cinta merupakan tabiat alamiyah manusia yang dengan rasa tersebut manusia pun bisa saling kenal mengenal, berkembang biak, hingga akhirnya menyebar sampai ke seluruh penjuru bumi. Tapi yang perlu difahami, setelah Allah menganugerahkan rasa cinta kepada hamba-hamba-Nya, maka Allah pun memfitrahkan seluruh manusia  lemah dalam hal ini sebagaimana firman Allah :

 :  ۖرَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَآ إِن نَّسِينَآ أَوْ أَخْطَأْنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَآ إِصْرًۭا كَمَا حَمَلْتَهُۥ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِۦ»
«وَٱعْفُ عَنَّا

Artinya : "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami." (QS. Al-Baqaroh :  286)

Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah rahimahullah mengomentari ayat diatas, beliau mengatakan :

قال الله تعالى اخبارا عن المؤمنين : «رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَآ إِن نَّسِينَآ أَوْ أَخْطَأْنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَآ إِصْرًۭا كَمَا حَمَلْتَهُۥ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِۦ ۖ وَٱعْفُ عَنَّا» [البقرة : ٢٨٦] قد أثنى الله عليهم سبحانه بهذا الدعاء الذي سألوه فيه أن لا يحملهم ما لا طاقة لهم به، و قد فسر ذلك بالعشق، و ليس المراد اختصاصه به بل المراد أن العشق مما لا طاقة للعبد. و قال محكول : هو شدة الغلمة. و قال النبي صلى الله عليه و سلم : ((لا ينبغي للمرء أن يذل نفسه)). قال الإمام أحمد : تفسيره أن يتعرض من البلاء لما لا يطيق، و هذا مطابق لحال العاشق، فإنه أذل الناس لمعشوقه و لما يحصل به رضاه، و الحب مبناه على الذل و الخضوع المحبوب 
:كما قيل
مساكين أهل العشق حتى قبورهم
عليها تراب الذل بين المقابر 

   :و قال آخر
 قالوا عهدناك ذا عز فقلت لهم
لا يعجب الناس من ذل المحبينا
لا تنكروا ذلة العشاق إنهم
مستعبدون برق الحب راضونا

  :قالوا
 وإذا اقتحم العبد بحر العشق ولعبت به أمواجه فهو الى الهلاك أدنى منه إلى السلامة

 إبن القيم الجوزية في روضة المحبين و نزهة)
(المشتاقين ،ص ١٣١. دار الكتب العلمية

Allah Ta'ala berfirman mengabarkan tentang orang-orang mu'min. Artinya : "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami." (QS. Al-Baqaroh :  286)

Sungguh Allah -Maha Suci Dia- telah memuji mereka dengan do’a ini yang telah mereka minta dalam doa’anya agar tidak memikulkan kepada mereka apa-apa yang tidak sanggup mereka memikulnya, sungguh telah ditafsirkan hal itu dengan cinta. Bukan bermaksud  ingin menghkhususkan cinta dengan tafsiran tersebut, akan tetapi yang diinginkan bahwa cinta itu adalah sesuatu yang tidak sanggup dipikul oleh seorang hamba. Berkata Mahkul : Cinta adalah kuatnya «الغلمة» -yaitu menangnya syahwat dan kuatnya dia-. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : ((Tidak semestinya bagi seseorang dia menghinakan dirinya)). Berkata Imam Ahmad : Penjesannya yaitu agar dia menentang sebagian bala' (cobaan yaitu nafsunya) tatkala dia tidak mampu menahannya, ini serupa dengan keadaan orang yang di mabuk cinta, karena sesungguhnya orang yang dimabuk cinta merupakan paling hinanya manusia terhadap yang dicintainya ketika dia belum mendapatkan kerelaannya, dan cinta itu dibangun diatas kehinaan dan ketundukan kepada yang dicintai sebagaimana dikatakan :

"Orang-orang yang miskin adalah orang-orang yang dimabuk cinta hingga sampai dikuburannya. Bagi mereka debu kehinaan diantara kuburan-kuburan tersebut."

Dan berkata yang lain :

"Mereka mengatakan, kami mengetahui engkau memiliki kemuliaan, maka engkau katakan kepada mereka.
Janganlah manusia merasa heran dengan hinanya orang-orang yang mencintai.
Jangan pula kalian mengingkari hinannya orang-orang yang di mabuk cinta.
Sesungguhnya mereka itu diperbudak oleh perbudakan cinta sedangkan mereka orang-orang yang rela."

Mereka berkata :

"Apabila seorang hamba menceburkan dirinya kelautan cinta. Dipermainkan dia oleh gelombang maka dia akan menuju pada kebinasaan dan kecil baginya untuk selamat."
(Ibnul Qayyim al-Jauziyyah dalam kitab Raudhatul Muhibbin wa Nuzhatul Mustaaqiin, (hal.131). Daarul Kutub al-Ilmiyyah)

Besarnya kelemahan manusia dalam memikul cinta mengakibatkan banyak diantara mereka yang menghinakan diri demi mendapatkan cinta dan kerelaan dari orang-orang yang mereka cintai. Bahkan mereka seperti orang-orang yang miskin lagi fakir, rela mengemis, menangis dan memohon agar tidak berpisah dari kekasihnya.

Besarnya rasa cinta memang akan selaras dengan besarnya rasa kekecewaan terutama ketika terjadi masalah dalam hubungan cinta antara mereka. Sehingga muncullah dampak lain yang lebih berbahaya seperti adanya kasus bunuh diri dengan minum racun, gantung diri dan lain sebagainya. Korban bunuh diri akibat cinta ini beragam, kebanyakan dari kalangan wanita yang lemah perasaannya, dan tidak sedikit juga dari kalangan laki-laki yang telah kehilangan sifat kejantanannya, waliyaadzubillah. Sejatinya laki-laki itu lambang keperkasaan, kegagahan, kekuatan layaknya seekor singa, namun apabila cinta yang semu sudah mampu menipunya sehingga dia rela bunuh diri karena cinta, maka laki-laki yang seperti ini bisa dikatakan sebagai laki-laki yang sangat bodoh, hina dan tercela sebagaimana ucapan Ibnul Qayyim :

مساكين أهل العشق حتى قبورهم
عليها تراب الذل بين المقابر

"Orang-orang yang miskin adalah orang-orang yang dimabuk cinta hingga sampai dikuburannya. Bagi mereka debu kehinaan diantara kuburan-kuburan tersebut."

Orang-orang yang mabuk cinta, mereka akan rela menjual kemuliaan dan menukarnya dengan debu kehinaan meskipun debu itu akan mereka tabur diatas pusara nisannya dan mereka tidak perduli, sebab mabuk cinta dan mabuk syahwat telah memperbudaknya dan menyeretnya dalam kubangan kehinaan. Ibnul Qayyim mengatakan :

   :و قال آخر
 قالوا عهدناك ذا عز فقلت لهم
لا يعجب الناس من ذل المحبينا
لا تنكروا ذلة العشاق إنهم
مستعبدون برق الحب راضونا

Dan berkata yang lain :

"Mereka mengatakan, kami mengetahui engkau memiliki kemuliaan, maka engkau katakan kepada mereka.
Janganlah manusia merasa heran dengan hinanya orang-orang yang mencintai.
Jangan pula kalian mengingkari hinannya orang-orang yang di mabuk cinta.
Sesungguhnya mereka itu diperbudak oleh perbudakan cinta sedangkan mereka orang-orang yang rela."

Ketika mereka telah rela diperbudak oleh perbudakan cinta yang mereka jalani, perlahan-lahan mereka pasti akan tenggelam dalam lautan cinta yang begitu luas tak berujung, lalu merekapun karam kedasar lautan dan binasa bersama-sama dalam cinta yang menghinakan. Ibnul Qayyim mengatakan :

  :قالوا
 وإذا اقتحم العبد بحر العشق ولعبت به أمواجه فهو إلى الهلاك أدنى منه إلى السلامة

Mereka berkata :

"Apabila seorang hamba menceburkan dirinya kelautan cinta. Dipermainkan dia oleh gelombang maka dia akan menuju pada kebinasaan dan kecil baginya untuk selamat."

Menceburkan diri ke lautan cinta kepada wanita yang telah halal baginya seperti istri yang telah ia nikahi dengan cara yang benar, maka ini tidak tercela sama sekali. Bahkan semakin seseorang tenggelam dilautan cinta yang halal kepada istrinya atau kepada suaminya, maka semakin mereka merasakan kenikmatan yang hakiki dari percintaan tersebut. Berbeda dengan orang yang jatuh cinta kepada wanita atau laki-laki yang tidak halal baginya, mereka ini diibaratkan seperti orang yang diombang-ambingkan oleh gelombang lautan, lalu gelombang itu menghanyutkannya dan menenggelamkannya kedasar lautan yang paling dalam. Maka pantas saja perumpamaan Ibnul Qayyim diatas memberikan gambaran kepada kita bahwa orang-orang yang dimabuk cinta dengan cinta yang tidak halal, bagaikan orang yang tenggelam dilautan lalu terombang-ambing oleh gelombang, maka sangat kecil baginya untuk selamat.

MABUK CINTA ITU SEPERTI MABUK MINUMAN KERAS

Ketika seorang hamba sudah hanyut dalam cinta yang tidak halal dan terjerumus didalamnya, maka dia akan terus terombang-ambing dalam kemabukan sebagaimana mabuknya para peminum khamr (minuman keras), bahkan mabuk cinta lebih dahsyat dari mabuk khamr. Seorang penyair mengatakan : 

إذا دخل الشوق في قلوب العشاق
ترى الناس في سكرتهم يعمهون
لأن سكر العشق أشد من سكر الخمر 

"Apabila rindu masuk ke dalam hati orang-orang yang dimabuk cinta. Engkau akan melihat manusia terombang-ambing dalam kemabukan mereka. 
Karena sesungguhnya mabuk cinta lebih dahsyat dari mabuk khamr."

Karena mabuk cinta lebih dahsyat dari mabuk khamr, maka akal orang-orang yang dimabuk cinta bagaikan akalnya para peminum khamr. Dia mabuk dengan mabuk cinta seperti mabuknya peminum khamr pada khamr bahkan lebih dahsyat lagi.

Bukankah akalnya para peminum khamr tidak waras ketika mereka sedang mabuk khamr? Demikian juga dengan orang-orang yang dimabuk cinta, akal mereka tidak waras ketika mereka sedang di mabuk cinta. Berkata seorang pujangga :

إذا رأيت الناس في سكر العشق
عقولهم كعقول المجانين
 وقلوبهم كقلوب الشياطين 
وسجنوا في سجون الإهلاك
ثم يقتلهم العشق معا في ذل

"Jika engkau melihat manusia dalam keadaan dimabuk cinta. 
Akal mereka bagaikan akalnya orang-orang gila. 
Hati mereka bagaikan hatinya para syaithon.
Mereka terpenjara dalam penjara-penjara kebinasaan. 
Lalu cinta itu membunuh mereka bersama-sama dalam kehinaan."

Berkata pula penyair yang lainnya :

سكر العشق كسكر الخمر أو أشد
 وسجنوا في سجون شهوات ذلا

"Mabuk cinta seperti mabuk khamr (minuman keras) atau lebih dahsyat lagi.
Mereka terpenjara dalam penjara-penjara syahwat dalam keadaan hina."

Kehinaan akibat mabuk cinta telah banyak membuat akal manusia menjadi tidak waras, logika menjadi lumpuh, dan hati-pun menjadi lemah seperti terpenjara. Allah Ta'ala berfirman :

«وَخُلِقَ ٱلْإِنسَـٰنُ ضَعِيفًۭا»

Artinya : "Dan manusia dijadikan bersifat lemah." (QS. An-Nisaa' : 28)

Maksud ayat diatas bahwa manusia itu dijadikan bersifat lemah, terutama dalam urusan wanita sebagaimana ucapan Ibnu Katsir mengenai tafsir ayat diatas :

وقال ابن أبي حاتم : حدثنا محمد بن إسماعيل، حدثنا وكيع عن سفيان، عن ابن طاوس، عن أبيه «وَخُلِقَ ٱلْإِنسَـٰنُ ضَعِيفًۭا» أي في
.أمر النساء. وقال وكيع : يذهب عقله عندهن
[تفسير ابن كثير، ١\٤٣٤. دار الكتب العلمية]

Berkata Ibnu Abi Hatim : “Menceritakan kepada kami Muhammad bin Ismail, menceritakan kepada kami Waki' dari Sufyan dari Ibnu Thawus, dari ayahnya dia berkata (Wa Khuliqal insaanuh do'iifa) “Manusia diciptakan dalam keadaan lemah” yaitu lemah dalam urusan wanita. Dan berkata Waki' : “Akalnya (laki-laki) hilang ketika disisi wanita.” [Tafsiir Ibni Katsir, 1/434 pustaka Darul Kutub Al-Ilmiyah].

Allah Ta'ala juga berfirman sebagaimana yang telah dijelaskan diatas :

 :  ۖرَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَآ إِن نَّسِينَآ أَوْ أَخْطَأْنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَآ إِصْرًۭا كَمَا حَمَلْتَهُۥ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِۦ»
«وَٱعْفُ عَنَّا

Artinya : "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami." (QS. Al-Baqaroh :  286)

Menurut Ibnul Qayyim, sesuatu yang tidak sanggup dipikul oleh manusia pada ayat diatas adalah cinta sebagaimana yang telah kita dijelaskan diatas.

Dan alangkah beratnya menanggung beban-beban cinta, hingga sering terdengar ditelinga kita senandung syair para pujangga :

"Pandangan mata menabur benih -benih kematian.
Kematian hati bahkan kematian bagi jasad.
Melemahkan akal dari kejernihan pikirannya.
Memenjarakan hati dalam cinta bertabur syahwat.
Menurutinya adalah penyakit bagi hati.
Meninggalkannya adalah penawar bagi qalbu.
Sungguh banyak orang-orang yang menjadi gila.
Akibat satu pandangan dari cinta yang terlarang"

Mata adalah utusan dan tentara bagi hati, namun sangat banyak orang-orang yang terbunuh akibat ulah  Dari utusannya yaitu kedua matanya. Penyair yang lain mengatakan :

"Tatkala qalbuku mengutus mataku, tertuju ia pada kecantikanmu.
Duhai qalbu menjebak mataku, mataku-pun meracuni qalbuku. 
Tersayat pisau, pisau beracun, bermata dua dan tajam bilahnya.
Duhai qalbu mengapa engkau? Terkapar lemah meregang nyawa. 
Adakah utusan meracunimu? Padahal ia tentara-tentaramu."

Berkata pujangga yang lainnya :

"Cinta, mengapa ia hadir di hati singa seperti ku.
Ketika rindu menghiasinya, alangkah gelisahnya jiwa.
Seakan-akan tidak ada ruang bagi siapapun untuk menempatinya.
Alangkah berat apa yang dirasakan hati dan aku menduga ini adalah cinta yang tidak kukehendaki.
Seakan-akan sedang memikul langit.
Aduhai mengapa jiwa selalu mengingat-ngingat kecantikan dan ketaatan itu.
Seakan rembulan dimalam yang cerah.
Sungguh aku tau ini cinta yang tidak ku kehendaki kedatangannya.
Lalu mengapa cinta ini hadir dihatiku, padahal aku laki-laki seperti singa.
Amukanku seperti amukan badai.
Kemarahanku seperti suara petir yang mengguntur.
Dan kilatan pedangku seperti matahari yang meluluh lantahkan pasukan berkuda musuh.
Duhai kiranya lesatan panah musuh dalam pertempuran itu membunuhku, itu lebih ringan dari lesatan panah-panah cinta.
Karena musuh hanya membidik jasadku, sedangkan cinta membidik ruh dan jasadku.
Manakah yang lebih berat untuk ditanggung hamba?"

Dan berkata seorang penyair :

“Alangkah berat menanggung beban cinta. Seandainya gunung dipikulkan diatas pundakku, niscaya itu lebih ringan dari pada memikul beban-beban cinta.”

Lesatan panah musuh dalam pertempuran itu hakikatnya lebih nikmat daripada lesatan panah-panah cinta. Sebab cinta akan membunuh  pelakunya secara perlahan, menggerogoti jasadnya, melumpuhkan hatinya, dan menghilangkan akalnya. Adapun lesatan panah musuh dalam pertempuran, sejatinya itu hanya akan melumpuhkan jasad saja, lalu membunuh pelakunya dengan tiba-tiba. Tidakkah kita pernah mendengar kisah cinta antara Laila dan Majnun? Majnun begitu mencintai Laila, hingga dia menjadi gila karena cintanya dan diapun akhirnya terbunuh karena cintanya. Karena itu, sangat pantas jika Ibnul Qayyim menyebutkan bahwa sesuatu yang tidak sanggup dipikul oleh manusia adalah cinta sesuai dengan makna firman Allah diatas.

Karena beratnya memikul beban cinta dan sulitnya manusia lepas darinya, maka Allah-pun akan membalas orang-orang yang takut kepada-Nya dan meninggalkan segala cinta yang harom dengan balasan surga. Allah Ta'ala berfirman :

«وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِۦ وَنَهَى ٱلنَّفْسَ عَنِ ٱلْهَوَىٰ. فَإِنَّ ٱلْجَنَّةَ هِىَ ٱلْمَأْوَىٰ»

Artinya : "Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal(nya)." (QS. An-Nazi'at : 40-41)

Dan itulah balasan bagi orang-orang  yang bertakwa.

OBAT BAGI ORANG-ORANG YANG DIMABUK CINTA 

Sesungguhnya setiap penyakit ada obatnya, dan obat penyakit cinta adalah bertaubat dan kembali kepada Allah Subhaanahu. Allah 'Azza wa Jalla berfirman : 

يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ تُوبُوٓا۟ إِلَى ٱللَّهِ تَوْبَةًۭ نَّصُوحًا عَسَىٰ رَبُّكُمْ أَن يُكَفِّرَ عَنكُمْ سَيِّـَٔاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّـٰتٍۢ تَجْرِى مِن تَحْتِهَا ٱلْأَنْهَـٰرُ يَوْمَ لَا»
 يُخْزِى ٱللَّهُ ٱلنَّبِىَّ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مَعَهُۥ ۖ نُورُهُمْ يَسْعَىٰ بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَـٰنِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَآ أَتْمِمْ لَنَا نُورَنَا وَٱغْفِرْ لَنَآ ۖ إِنَّكَ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍۢ
 «قَدِيرٌۭ

Artinya : "Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin yang bersama dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: "Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu". (QS.At-Tahrim : 8)

Allah 'Azza wa Jalla juga berfirman : 

«قُلْ يَـٰعِبَادِىَ ٱلَّذِينَ أَسْرَفُوا۟ عَلَىٰٓ أَنفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا۟ مِن رَّحْمَةِ ٱللَّهِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ يَغْفِرُ ٱلذُّنُوبَ جَمِيعًا ۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلْغَفُورُ ٱلرَّحِيمُ»

Artinya : "Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS.Az zumar : 53)

Allah 'Azza wa Jalla juga berfirman dalam ayat yang lain :

 «إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلتَّوَّٰبِينَ وَيُحِبُّ ٱلْمُتَطَهِّرِينَ»

Artinya : "Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri." (QS.Al-Baqaroh : 222)

Allah 'Azza wa Jalla juga berfirman dalam surat Yusuf :

«وَلَا تَا۟يْـَٔسُوا۟ مِن رَّوْحِ ٱللَّهِ ۖ إِنَّهُۥ لَا يَا۟يْـَٔسُ مِن رَّوْحِ ٱللَّهِ إِلَّا ٱلْقَوْمُ ٱلْكَـٰفِرُونَ»

Artinya : "Dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir". (QS.Yusuf : 87)

Allah 'Azza wa Jalla juga berfirman dalam surat Az-Zumar :

«قُلْ يَـٰعِبَادِىَ ٱلَّذِينَ أَسْرَفُوا۟ عَلَىٰٓ أَنفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا۟ مِن رَّحْمَةِ ٱللَّهِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ يَغْفِرُ ٱلذُّنُوبَ جَمِيعًا ۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلْغَفُورُ ٱلرَّحِيمُ»

Artinya : "Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS.Az-Zumar : 53)

Jangan pernah  berputus asa dari rahmat Allah Ta'ala saudarakumeskipun dosamu sepenuh bumi, karena Allah 'Azza wa Jalla adalah Dzat yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

MENIKAH ADALAH SOLUSI CINTA YANG HAROM

Jika ingin membangun cinta yang halal, maka bangunlah ia diatas pondasi yang benar sesuai dengan syariat Allah. Diantara jalan terbaiknya adalah dengan menikah. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda dalam sebuah hadits :

((لم يرللمتحابين مثل انكاح))

((Tidak diketahui (yang lebih bermanfaat) bagi dua orang yang bercinta seperti nikah)). (HR. Ibnu Majah)

Hakikat cinta yang sejati itu adalah pernikahan, bukan yang lainnya, sebab cinta selain pernihahan  laksana fatamorgana ditengah gurun tak bertuan. Seorang penyair pernah mengatakan :

"Aku bertanya kepada orang-orang yang berilmu apa itu cinta. 
Jawabnya cinta adalah jalan bertabur bunga dan duri menuju surga atau neraka. 
Apabila diambil sesuai haknya dia di surga. 
Apabila diambil dengan selain haknya dia di neraka. 
Aduhai fatamorgana itu hanyalah tipuan belaka. 
Yang dilihat oleh para musafir di gurun tak bertuan. 
Kiranya engkau melihat singa-singa di sahara mati bergelimpangan. 
Itu tidak lain karena mengejar fatamorgana yang tak pernah bisa didekap. 
Cukup seribu mayat jangan ditambah menjadi seribu satu jasad.
Jika ingin memilikinya, halalkan ia dengan aqad yang suci".

Berkata seorang penyair yang lain :

"Cinta seperti sebatang pohon.
Jika akar-akarnya telah menjalar.
Menebang batang dan rantingnya tidak akan mampu membunuh pohonnya. 
Lalu datanglah musim penghujan mencumbui bumi. 
Pohon itu-pun kembali menumbuhkan daun-daunnya serta bunga-bunganya. 
Ibarat rumput ditengah gurun yang gersang. 
Ia mati pada satu keadaan, dan akan hidup kembali ketika hujan membasahinya.
Jejak, tempat, cerita, kenangan adalah akar-akar cinta. 

Bila ia terus ada, maka cinta tidak akan pernah mati.
Jika ingin membunuh cinta, maka cabutlah akar-akarnya, buanglah rambu-rambunya, dan potonglah urat nadinya. 
Namun bila ingin mengekalkannya, maka siramilah dengan air pernikahan.
Rajutlah dengan benang-benang aqad.
Dan binalah dengan pondasi takwa kepada Allah 'Azza wa Jalla."

Ahli syair yang lain mengatakan :

“Dan arahkanlah cinta itu dalam kebaikan dan ikatan suci.
Namun apabila ia menggelisahkan dan menyibukkanmu dari bertamasya dihadapan Rabb-mu.
Maka campakkanlah cinta itu bersama gelapnya malam.
Saat purnama hilang dalam pandangan mata”

Semoga Allah memberi petunjuk kepada kita dan kaum muslimin seluruhnya untuk menjauhi cinta-cinta yang terlarang, membimbing kita untuk selalu bertakwa kepada-Nya, karena tidak ada bekal yang paling baik melainkan takwa kepada Allah Subhaanahu. Allah Ta'ala berfirman :

«وَتَزَوَّدُوا۟ فَإِنَّ خَيْرَ ٱلزَّادِ ٱلتَّقْوَىٰ ۚ وَٱتَّقُونِ يَـٰٓأُو۟لِى ٱلْأَلْبَـٰبِ»

Artinya : "Berbekallah kalian, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal." (QS. Al-Baqarah : 197)

Allah Ta'ala juga berfirman :

«قُل لَّا يَسْتَوِى ٱلْخَبِيثُ وَٱلطَّيِّبُ وَلَوْ أَعْجَبَكَ كَثْرَةُ ٱلْخَبِيثِ ۚ فَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ يَـٰٓأُو۟لِى ٱلْأَلْبَـٰبِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ»

Artinya : "Katakanlah: "Tidak sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya yang buruk itu menarik hatimu, maka bertakwalah kepada Allah hai orang-orang berakal, agar kamu mendapat keberuntungan". (QS. Al-Maidah : 100)

Untuk membentuk pondasi takwa kepada Allah, tentunya harus pandai memunculkan rasa takut kepada-Nya dengan banyak mengingat kematian. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

عن أبي هريرة قال: قال رسولُ الله ﷺ: أكثروا ذكر
.هادم اللَّذات: الموت
[رواه الترمذي، والنَّسائي، وصحَّحه ابن حبَّان]

Dari Abu Hurairoh berkata : Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : "Perbanyaklah mengingat penghancur keledzatan : yaitu kematian. [Diriwayatkan oleh Tirmidzi, Nasaa'i dan dishohihkan oleh Ibnu Hibban]

Karena itu mengingat mati adalah sumber munculnya ketakwaan kepada Allah, karena dengan mengingat mati hati menjadi takut. Berkata kafilah-kafilah cinta :

"Hakikat takwa adalah rasa takut
dan hakikat takut yaitu banyak mengingat mati.
Jika mati telah menghiasi benak,
mata akan menangisi hari-hari yang dilalaikannya.
Jiwa akan mudah tunduk diatas ketaatan yang bersumber dari qalbunya.
Hawa nafsu dunia-pun akan terkalahkan oleh takwa kepada-Nya.
Serta rasa takut kepada Allah akan merasuk kedalam hatinya.

Alangkah dekat akhirat bagi orang-orang yang bertakwa kepada-Nya.
Alangkah jauhnya dunia dari kehidupan orang-orang yang sholeh mengharap wajah-Nya.
Dan alangkah pendeknya angan-angan bagi mereka yang mengharapkan surga-Nya.

Sesungguhnya kita adalah bilangan hari-hari.
Setiap hari berlalu, semakin dekat pula kita dengan penghancur keledzatan yaitu mati.
Uban dikepala adalah utusan Allah yang mengingatkan bahwa kematian semakin dekat dan medekati.
Sedangkan amal sholeh belum cukup untuk menghadapi hari yang sangat menakutkan hati.

Segeralah beramal karena mati tidak menunggu ketaatan hamba.
Sedangkan malaikat maut selalu menunggu mencabut nyawa para pelaku durjana.
Sekiranya manusia tahu akan dahsyatnya kematian dan hari kebangkitan jiwa.
Niscaya mereka akan banyak menangis dan akan sedikit tertawa.

Aduhai kehidupan dunia tidak lain hanyalah tipuan belaka.
Bagaikan fatamorgana diatas dataran yang gersang lagi tak berhawa.
Jika manusia  menginginkan kehidupan yang panjang diatas dunia yang fana.
Ketahuilah kehidupan akhirat itu lebih kekal dan lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa.

Semoga tulisan ini bermanfaat.

Related Posts: